Monday, July 28, 2008

Potret JakartaKu: Operasi Pembersihan Ciliwung

Jakarta yang identik dengan Kota Metropolitan tidak pernah lepas dengan masalah banjir. Banjir yang tiap tahun melanda adalah masalah terbesar di Jakarta. Lalu, apa yang salah dengan Jakarta? Masyarakatnya kah? Tata Kotanya? Pemerintahnya? Atau memang cuaca yang tidak mendukung? Mari kita lihat sumber dari permasalahan itu sendiri, kita tengok Sungai Ciliwung yang menjadi sumber Bencana.

Minggu (27/ 7) Panitia dari Beastudi Etos menggelar Kegiatan Operasi Pembersihan Sungai CIliwung sebagai salah satu dari rangkaian acara Temu Etoser Nasional. Sehingga acara ini dihadiri oleh mahasiswa-mahasiswa dari seluruh Indonesia karena Beastudi Etos tersebar di 11 Pergguruan Tinggi Besar di Indonesia di 9 daerah. Beastudi Etos bekerja sama dengan Dompet Dhuafa Republika mengadakan kegiatan ini dalam rangka Aksi Cinta Lingkungan.

Kegiatan ini dilakukan sepanjang Sungai CIliwung, mulai dari Jembatan Tanjung Barat hingga Kampung Melayu, dan dibagi menjadi 6 titik. Para peserta yang hadir sekitar 300 orang, yang dibagi ke dalam tiga tim, yaitu:

  • Tim Air, mengumpulkan sampah sepanjang perjalanan menggunakan perahu karet

  • Tim Darat, mengumpulkan sampah di sepanjang tepian Sungai CIliwung

  • Tim Survey, melakukan survey tentang opini masyarakat tentang Ciliwung dan segala permasalahannya

Saya senang sekali bisa menjadi salah satu relawan di acara ini dan dapat terjun langsung menjadi Tim Air yang menyisir sungai dan mengumpulkan sampah sepanjang perjalanan. Kami didampingi oleh Tim Rescue dari Karang Taruna Manggarai ditempatkan di Spot 3, yaitu daerah Condet. Tim Air ini terdiri dari 14 orang, yang ditempatkan dalam 2 perahu karet. Kami menyisir sungai Condet-Kalibata sepanjang kira-kira 10 km. Medan yang dilalui tidak mudah, karena medannya lebih sulit dibanding arung jeram. Saat arung jeram kita bisa melihat batu-batu penghalangnya, sementara di sungai ini kita tidak tahu apa yang menjadi penghalangnya.

Sungai ini tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan masyarakat yang tinggal di pinggiran Sungai Ciliwung. Sungai ini adalah sumber kehidupan dan mata pencaharian mereka. Lihat saja sepanjang perjalanan yang kami lalui. Ada orang-orang yang mandi, memancing, menangkap ikan sapu-sapu dan menarik rakit untuk menyebrangkan orang. Dengan terjun langsung seperti ini, kita bisa melihat langsung fenomena-fenomena yang terjadi di Sungai Ciliwung ini. Sampah yang luar biasa banyaknya, baik organik maupun anorganik, belum lagi di pinggiran sungai banyak sekali sampah menggunung di tempat pembuangan sampah, di belakang rumah atau menggantung di pohon-pohon akibat banjir. Saya sampai bingung sampah mana dulu yang harus saya ambi?!@#$%^ Lalu dari mana sampah itu berasal?

Jika kita bertanya ini salah siapa? Maka masyarakat hilir akan menyalahkan masyarakat yang tinggal di hulu sungai yang membuang sampah ke sungai, sementara masyarakat di hulu sungai tidak mau disalahkan dan tidak mengaku demikian malah menyalahkan masyarakat di hilir sungai yang membuang sampah ke sungai. Padahal jika kita membicarakan Sungai Ciliwung, tidak bisa sebagian-sebagian, tetapi harus secara keseluruhan, dari hulu sampai hilir. Karena semua penduduk yang tinggal di sepanjang tepian Sungai CIliwung membuang sampah ke sungai. Itulah permasalahan intinya. Memang sampah yang dibuang adalah limbah rumah tangga, bukan limbah pabrik yang mengandung zat-zat kimia. Hal itu terlihat dengan masih adanya kupu-kupu dan ikan sapu-sapu yang masih hidup di sungai ini. Namun tetap saja limbah tersebut mencemari sungai kita tercinta ini.

Selain itu ditemukan permasalahan lain yang mebuat masyarakat mau membuang sampah ke sungai, diantaranya:

  • Pemukiman di sepanjang tepian Sungai Ciliwung melewati gang-gang kecil dan jauh dari tempat pembuangan sampah, sementara petugas kebersihan menggunakan gerobak sehingga sulit menjangkau pemukiman penduduk. Jadi tidak ada pilihan lain, masyarakat membuang sampah ke sungai.

  • Letak rumah yang membelakangi sungai, bukan meghadap sungai. Seharusnya ada perbaikan, rumah penduduk di buat menghadap sungai. Karena logikanya masyarakat membuang sampah ke belakang rumah bukan ke depan rumah, sehingga sungai bersih dari sampah.

  • Jika sampah dikumpulkan dan dibakar menyebabkan polusi udara, maka mengganggu ketenangan warga lain karena pekarangan mereka berdekatan.

  • Para pejabat, seperti Gubernur bahkan Presiden harus terjun langsung melihat fakta Sungai Ciliwung, menyisir sungai dan melihat secara langsung apa yang terjadi. Karena selama ini mereka hanya mendengar katanya saja. Tapi tentunya bila para pejabat itu turun, pasti para ajudannya sudah membersihkan sungai yang akan beliau-beliau lewati, sehingga sungai akan menjadi bersih, hehe. Tapi bukan itu yang diinginkan, beliau-beliau harus melihat kondisi yang sebenarnya, yang seperti sekarang ini. Sehingga dapat dilakukan tindak lanjut dan merealisasikan Sungai Ciliwung yang bersih dan bebas dari sampah.

  • Dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampai ke sungai dan berusaha peduli dengan masalah lingkungan ini denganmelakukan aksi serupa untuk membersihkan Sungai Ciliwung secara massal!

Di tengah gemerlapnya Kota Metropolitan ini, sedikit saja kita melirik ke lingkungan sekitar kita dapat melihat situasi yang sangat berbeda. Yang kita lihat secara kasat mata hanya gaya hidup yang makin lama makin terseret arus modernisasi, pusat kota yang makin lama makin padat, gedung tinggi, apartement dan perumahan elite dibangun di atas tanah warga. Semakin menampilkan perbedaan yang ada.

Kita tidak bisa tidak peduli dengan permasalahan Sungai Ciliwung ini, karena saat air sungai meluap, bukan masyarakat di sepanjang sungai saja yang merasakan akibatnya. Tapi seluruh warga Jakarta, karena air meluap hingga ke jalan raya. Hingga ke jalan-jalan inti yang biasa kita lewati saat berangkat kerja. Jadi sudah selayaknya kita memperhatikan hal ini dan ikut peduli dengan sungai kita tercinta ini.

Kegiatan Operasi Pembersihan Sungai Ciliwung ini sungguh bermanfaat. Membuktikan bahwa mahasiswa bukan hanya bisa bicara dan terjun dalam isu-isu politik dengan melakukan aksi-aksi demo, tapi juga terjun dalam aksi Cinta Lingkungan.

Sungguh saya sangat senang bisa ikut dalam aksi ini. Namun saya melihat kurangnya koordinasi dari panitia. Misalnya, saat bus-bus mengantar kita ke beberapa titik, leader di bus yang menuju spot 3 tidak tahu harus kemana, sehingga membuat sopir bus bingung dan memaki-maki leader tersebut. Kemudian tim konsumsi, saya sebagai relawan dan beberapa kakak-kakak dari Karang Taruna tidak mendapat makan siang. Mungkin telah disiapkan, namun tidak ada panitia yang menawarkan, sehingga mana mungkin kita meminta-minta makanan pada panitia. Ini sebagai saran saja untuk panitia, agar acara-acara selanjutnya bisa lebih baik lagi. Namun hal ini tidak mengurangi semangat saya dalam mengikuti acara ini atau mungkin kegiatan-kegiatan serupa semacam ini.

Terima kasih kepada Panitia dari Beastudi Etos yang telah menyelenggarakan kegiatan ini. Terima kasih juga untuk kakak-kakak dari Karang Taruna Manggarai yang telah mendampingi kita sepanjang perjalanan, mendayung perahu karet sepanjang jalan dan mau berbagi cerita kepada kita tentang pengalaman-pengalaman mereka yang luar biasa menarik. Mas Budi, Mas Alex, Mba Nia, Mba Ira, Mas Panda, Mas Cemot dan lain-lain dari Karang Taruna Manggarai, terima kasih banyak.

Festival Wajah Muslim Indonesia

Nuansa Islam Universitas Indoneasia (Salam UI) mengadakan acara, Festival Wajah Muslim Indonesia di Gedung IX, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia pada hari Rabu dan Kamis (23-24 Juli 2008). Yang terdiri rangkaian acara Bazaar, Pertunjukkan Seni Islami seperti Tari Saman, Teater Islami, Nasyid, Rebana dan sebagaisnya. Saya menghadiri rangkaian acara pada Hari Kamis (24/7) dari siang hari, karena pukul 13.00 ada talkshow dengan Ketua MPR RI, Bapak Dr. Hidayat Nur Wahid, Mantan Ketua MPR RI, Bapak Prof. Dr. Amien Rais dan Ahmad Fahrozi Ketua Salam UI dan disiarkan langsung di Radio Republik Indonesia (RRI).

Talkshow ini mengambil tema, Peluang dan Tantangan Islam dalam mewujudkan Indonesia Bermartabat. Acara dimulai dengan dua pembicara saja, karena Prof. Dr. Amien Rais belum Hadir. Acara ini sungguh menarik karena dihadiri mahasiswa dari seluruh Indonesia, seperti pada saat sesi tanya jawab , hadir mahasiswa-mahasiswa dari Kalimantan Timur, Gorontalo, Ambon, Bali, Padang dan sebagainya. Jadi serasa ada di ajang Pemilihan Putri Indonesia rasanya. Hehe…

Bapak Hidayat Nurwahid lebih membahas tentang peluang dan tantangan Islam dalam dunia politik dan kenegaraan serta Indoneasia di kancah Internasional. Sedangkan Saudara Ahmad Fahrozi membahas tentang peluang dan tantangan kita sebagai pemuda dan mahasiswa Muslim untuk mewujudkan Indonesia bermartabat.

Pada sesi tanya jawab, seorang mahasiswi dari UIN Jakarta melontarkan pertanyaan yang sungguh menarik. Dan saya makin terkesan lagi karena Bapak Hidayat Nurwahid menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan memuaskan.

Bagaimana pendapat Bapak tentang sekelompok jamaah yang ingin mewujudkan hukum Indonesia dan segala aspek kehidupan IPOLEKSOSBUD yang berdasarkan syariah Islam?

Kita harus kembali lagi kepada makna syariah Islam itu sendiri. Syariah Islam berarti hukum Islam yang harus diterapkan. Sementara kita harus melihat apakah hal tersebut merujuk ke kemaslahatan umat manusia. Syariah terwujud jika disana ada kemaslahatan umat. Jangan sampai kita melakukan amal ma’ruf nahi munkar dengan melakukan kema’rufan kecil namun menghalangi kema’rufan yang lebih besar. Jangan juga kita melarang kemunkaran namun melancarkan kemunkaran yang lebih besar. Jadi syariah Islam adalah syariah yang dimana disana terwujud kemaslahatan umat manusia.”

Menurut Bapak, apa arti seorang khalifah, apakah khalifah sendiri adalah seorang pemimpin negara seperti presiden atau setiap kita adalah ‘khalifah’?

Benar bahwa setiap manusia adalah khalifah untuk dirinya sendiri, pemimpin untuk dirinya sendiri dan di akhir nanti akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seperti halnya kita sebagai khalifah, presiden adalah seorang khalifah dari suatu negara untuk membawa negaranya ke dalam kesejahteraan yang akan diminta pertanggungjawaban pula atas kepemimpinannya baik di dunia dan di akhirat.”

Menurut Bapak,pendidikan apa yang harus diberikan kepada politisi kita agar berpolitik dengan benar bukan ajang korupsi atau sebagainya?

“Mungkin politisi kita harus kembali membaca buku Ilmu Politik Dasarnya di bangku kuliah”, Ketua MPR kita sedikit bergurau.

Begitulah talkshow ini berlangsung hangat dan interaktif. Namun sayangnya sampai akhir acara Prof.Dr. Amin Rais tidak juga datang. Sedikit kecewa memang, namun tentunya ini di luar kekuasaan panitia. Penerbangan Bapak Amien Rais delay hingga tidak bisa hadir di tempat. Mungkin di lain waktu Bapak Amien Rais dapat hadir di kampus kita tercinta ini lain waktu.

Friday, July 25, 2008

Goes to Kebumen..


Selamat pagi Kebumen!!! Hihi, kayak mimpi rasanya. Baru kemaren kayaknya Lia lagi Depok. Eh, sekarang dah ada di Kebumen. Ratusan kilometer jauhnya dari Depok. Wuih, udaranya seger banget disini. Bikin Lia narik selimut lagi di kasur empuk, kamar Heni. Emang udaranya bikin orang jadi pules tidur, saking pulesnya plus kecapean juga Lia bangun jam 11 siang!! Duh, maaph ya mba Heni jadi ga enak…
Perjalanan ini dah direncanain dari semester lalu. Pokonya liburan semester 4 kita harus liburan ke Kebumen!! Ke rumah HeNicHan n MurciLa. Sayangnya temen-temen yang lain pada ga bisa ikut, soalnya ngambil Semester Pendek. Padahal mereka pengen banget ikut. Akhirnya yang bisa ikut cuma Lia, Dedew, HeNicHan n MurciLa. Kita dah buat jadwal seminggu di Kebumen, termasuk jalan-jalan ke Djogja!!
Kita berangkat Rabu malem (9/7) jam 7 malem naik kereta api bisnis di Jatinegara. Meskipun Lia biasa tiap minggu pulang ke Rangkas naik kereta, tapi perjalanan ini beda!! Kita menghabiskan waktu 9 jam di kereta!! Ngapain aja yah? Makan ga selera, baca buku pusing, bobo aja ah…
Kita sampai di Stasiun Kebumen Kamis (10/7) jam 4 pagi!! Wuih.. ga kerasa Lia 9 jam di kereta. Sungguh badan patah-patah rasanya. Kita dijemput sama Bapaknya Heni, ke rumahnya Heni pastinya. Matur nuwun pa…
Kamis (10/7) Ok, perjalanan pertama adalah main ke rumah Mbahnya Heni. Di sini dinginnya lebih dingin dari di rumah Heni. Disini kita dijamu sama macem-macem makanan. Baru siang-siang disuguhin mpek-mpek, trus sorenya dipesenin bakso. Pokonya ga bisa nolak. Harus dimakan!! Kalo gini terus, Lia bisa gendut disini. Yesss!!! Itu sih maunya… Katanya sih, biasanya disini sepi. Tapi berhubung liburan sekolah, sepupu-sepupu Heni yang masih SD pada main ke sini. De Silmi, De Windi sama Atras. Kita main bulu tangkis, tenis. Seru deh pokonya, sampe ngejar bola segala di got. Hiy….
Jumat (11/7). Ini dia perjalanan yang ditunggu-tunggu tRip ke Djogja!!! Hehe, it`s my first time lho Sebelumnya kita mampir dulu ke rumah Mbahnya Dedew di Purworejo.Duh, pake ada acara nyasar segala!! Ga taunya Dedew tuh ga tau rumah Mbahnya di mana. Dodol yah…. Katanya sih dia terakhir kesana pas TK. Yang dia inget cuma patung kuda. Jadilah kita terlunta-lunta di jalan mencari rumah Mbahnya Dedew. Dan ternyata setelah tanya kiri kanan, kanan kiri akhirnya sampailah kita! Rumahnya tuh keren, masih rumah jaman dulu gitu. Gambar di mushollanya aja, Wakil Presidennya masih Pak Tri Sutrisno. Itu mah jaman kapan coba ?!@#$^&*
Next Destination is…. Malioboro!!! Namanya juga cewek, ya paling heboh deh kalo disuruh belanja. Ini itu dibeli, dikit-dikit mampir, dikit-dikit nyangkut, sikat sana sikat sini. Biasa lah cewe, yang di beli tuh kaya gelang-gelang, tas-tas lucu, sandal, ya gitu-gitu deh. Saking asiknya sampe ga inget makan, ga inget pulang. Duh, pusing deh. Udah puas tuh belanja, akhirnya sampe di ujung Malioboro, baru deh nyerah. Kita mau nyari makan ke KOPMA UGM, yang konon katanya makanannya enak. Dan ternyata bener!! Ayam bakarnya, bumbunya maknyus banget… Kita kesana naek Trans Djogja. Beuh, ga taunya di Djogja juga ada bus way. Trus perjalanan malem ini berakhir di kos-kosannya Iin – temen Heni. Maksudnya sih, biar hemat uang penginapan. Hehe.. Makasih ya…
Sabtu(11/7) Djogja pagi hari…
Enaknya sih kalo jalan-jalan jauh gini, makan makanan khas daerah itu. Makanya, pagi-pagi gini kita nyari gudeg buat sarapan pagi.Uhm,,akhirnya ketemu juga. Trus kita makan gudeg sama-sama. Uhm,, enak..
Perjalanan pagi ini adalah ke Museum Seni dan Budaya Jawa di daerah Kaliurang. Di sana dimuseumkan berbagai patung dan lukisan raja-raja Jawa. Sultan Hamengku Buwono, Paku Alam, istri-istrinya. Di sana ada lukisan yang sangat menarik, lukisan 3 dimensi yang matanya ngelirik ngikutin kemana kita berada, kita ke kanan matanya ngelirik ke kanan, kalo kita ke kiri matanya ngelirik ke kiri.
Tour selama dua jam ini bener-bener nambah pengetahuan kita tentang Kebudayaan Jawa. Yang jadi suku Jawa harus bangga, soalnya Jawa merupakan suku yang telah mempunyai peradaban yang lengkap mulai dari seni, bahasa, huruf, kesenian, rumah, kain, pokonya lengkap deh.
Perjalanan selanjutnya dilanjutkan ke Candi Prambanan, Trayek kendaraan dibuat sedemekian rupa sehingga, cuma wisatawan bisa langsung ke candi Prambanan dengan naik Trans Jogja. Sayangnya akibat gempa tahun 2004 lalu, banyak banget candi yang runtuh dan beberapa masih dalam berbaikan. Sayang banget kan kalo kita harus kehilang salah satu bangunan yang paling bersejarah.
Minggu (12/7), Kita pergi bareng Heni sekelurga jalan-jalan ke Pantai Bocor, Kebumen. Lia sendiri heran kenapa pantainya dikasih nama Pantai Bocor, kaya ga ada nama lain aja. Pantainya bersih, ombaknya tinggi, makanya disini ga ada permainan kaya banana boat ato yang berselancar. Katanya sih biasanya sepi, tapi berhubung minggu ini masih liburan sekolah jadi pantai ini ramai dikunjungi orang-orang yang berlibur.
Senin (13/7), Hari ini kita akan berkunjung ke rumahnya Mursi di daerah Prembun, sekitar 1/2 jam dari Kebumen. Wuih, perjalanannya sungguh menyenangkan. Keren banget, dari jalan raya kita naik becak ke rumah nya sekitar 15 menit. Perjalanannya ke sana melewati sawah-sawah, keren banget deh.
Sorenya, kita ngenterin Heni ke jalan raya. Soalnya Heni engga bisa nginep. Kita ngenterin pake sepeda!! Seru banget, jalan-jalan pake sepeda keliling kampung sampe dikejar kerbau! Kita genjot sepeda kenceng-kenceng ngeliat di belakang kita ada dua kerbau yang lepas ikatannya dan lari ngejar kita. Lia yang duduk di belakang, cuma bisa nyemangatin dari belakang. Deg-degan banget, kalo diseruduk kan yang kena duluan Lia!!! Berkesan banget deh, pengalaman di Prembun ini.
Tadinya kita ga mau nginep di rumah Mursi, cuma mau main aja tapi ga tau kenapa dia maksa banget kira harus nginep di rumahnya sampe nangis-nangis segala. Tapi akhirnya kita tahu alesanya, orang tuanya udah nyiapin semuanya buat kita. Mereka excited banget temennya Mursi dari Jakarta mau main ke rumahnya. Mereka sudah bilang sama tetangga-tetangga.
Mereka udah nyiapin semuanya dari hari pertama kita ke Kebumen, kirain mau langsung main ke Prembun, tapi ternyata engga, mereka kecewa. Terus Mursi bilang kita mau kesana pulang dari Jogja, dan mereka menyiapkan makanan semuanya untuk kita, tapi sayangnya kita mengecewakan mereka lagi. Dan kalo misalnya kita ga jadi nginep, sungguh mereka pasti kecewa banget.
Sebenernya Lia tau keadaannya ekonomi keluarga mereka, makanya lia ga mau nginep khawatir ngerpotin mereka. Namun mereka sungguh menyiapkan semuanya, membuat ranjang baru, meja baru, dan membuat pintu untuk kamar mandi. Entah mereka terlalu bahagia karena teman anaknya mau main ke rumahnya atau mereka tidak mau membuat anaknya malu dengan keadaan mereka. Padahal kulihat di kamar orang tuanya, ranjangnya masih patah dan belum diperbaiki. Oh, sungguh Lia jadi merasa bersalah baru orang tua itu. Sungguh mereka seorang yang sangat baik, sangat sederhana namun sangat memuliakan tamu seperti yang dicontohkan Rasulullah.
Selasa (14/7)Pagi hari di Prembun, kita jalan-jalan naik sepeda ke perkampungan nganterin es kacang ijo ke warung sebelum pulang ke Kekbumen. Terus foto-foto di sawah. Hehe
Sore hari, waktunya pulang. Udah seminggu kita di Kebumen, ngerepotin banyak orang. Seminggu disini sungguh berkesan yang ga mungkin ditemui di Jakarta. Pokonya sungguh luar biasa.
Matur Nuwun sanget…
Mba Heni n keluarga yang udah nampung kita selama disana, Mba Mursi n keluarga yang dah nyiapin semuanya buat kita. Berasa tamu agung kita . Dedew teman seperjalananQuw, hoho.. Ivan, Iin n Ana yang dah mau repot-repot jadi guide kita n direpotin kesana kemari. Hatur nuhun, terima kasih, tararengkyu pokona mah…

Tetralogi Laskar Pelangi

Andrea Hirata alias Ikal menuliskan kisah hidupnya bersama sahabat-sahabatnya dalam tetralogi Laskar Pelangi. Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.


Laskar Pelangi mengisahkan persahabatan sepuluh orang sahabat di SD Perguruan Islam Muhammadiyah di Tanah Belitong. Mereka menyebut diri mereka Laskar Pelangi. Mereka adalah Ikal, Lintang, Mahar, Trapani, Samson, Kucai, Syahdan, A Kiong, Harun dan Sahara. Buku ini menyoroti keseharian anak-anak Belitong yang bersemangat dan penuh warna. Cerita ini semakin berwarna dengan tokoh-tokoh yangsangat istimewa. A Ling – cinta pertama Ikal. Ibu Muslimah, guru SD di Perguruan Islam Muhammadiyah yang selalu menjadi teladan dan inspirasi kesepuluh anggota Laskar Pelangi. Ikal, teman sebangku Ikal yang luar biasa cerdas. Dan Mahar, seniman yang sangat istimewa dengan ide-idenya yang luar biasa. Lintang dan Mahar dapat mengharumkan nama Perguruan Islam Muhammadiyah dengan kemampuan mereka masing-masing.

Sang Pemimpi, buku kedua dari etralogi Laskar Pelangi. Di sini diceritakan kisah masa SMA Ikan bersama dua orang sahabatnya, Arai dan Jimbron. Persahabatan ini begitu indah, mereka rela berkorban untuk kebahagaiaan sahabatnya. Arai melakukan misi rahasia untuk mewujudkan mimpi Jimbron untuk mengunggang kuda. Jimbron menyiapkan dua buah Jimbron celengan kuda poni yang diisi sama rata dengan hasil kerja kerasnya bekerja sebagai kuli. Tabungan tersebut disiapkan untuk kedua sahabatnya, Arai dan Ikal. Mereka bermimpi untuk dapat kuliah di Perancis. Buku ini menceritakan perjuangan mereka dari tanah Belitong hingga mendapatkan beasiswa ke Universitas Sourbone, Perancis seperti mimpi mereka.

Edensor adalah desa yang indah di Eropa yang dikisahkan dalam buku pemberian terakhir A Ling pada Ikal. Buku Edensor menceritakan perjalanan Arai dan Ikal mengelilingi Benua Eropa dan Afrika dan pencarian cinta pertama Ikal, A Ling.. Perjalanannya sungguh menarik, karena mereka bertaruh dengan teman-temannya, siapa yang dapat melewati negara terbanyak, dan Arai dan Ikal lah pemenangnya. Sayangnya pencarian A Ling tidak menemukan titik terang. Namun di akhir cerita diceritakan bahwa Ikal berhasil menemukan Edensor, desa yang benar-benar indah seperti yang digambarkan dalam novel.

Maryamah Karpov, buku terakhir dari tetralogi Laskar Pelangi ini menceritakan tentang Maryamah dan biolanya. Di sini juga diceritaka kisah-kisah yang tidak termuat dalam tiga buku sebelumnya. Buku ini belum terbit, direncanakan rilis setelah selesai pemutaran film Laskar Pelangi. Kita tunggu saja karya selanjutnya dari Andrea Hirata ini.

Thursday, July 10, 2008

Film Laskar Pelangi

Minggu (6/7) diadakan bedah buku dan pemutaran film Laskar Pelangi di panggung utama Istora Senayan. Disana hadir Mira Lesmana dan Andrea Hirata.

Andrea membocorkan sedikit tentang pemeran-pemeran film Laskar Pelangi. Ibu Muslimah diperankan oleh Cut Mini. Kesepuluh pemeran Laskar dicasting langsung dari anak-anak asli Belitong.

Sayangnya, Andrea masih merahasiakan kapan film ini akan diputar di bioskop. Mira Lesmana berharap film ini menjadi film nasional yang diputar setiap hari Pendidikan Nasional, tanggal 2 Mei. Seperti halnya film G30S/PKI yang diputar setiap tanggal 30 September pada masa Orde Baru.

Tim Film Laskar Pelangi berencana mengadakan touring ke daerah-daerah untuk memutar film ini agar anak-anak di daerah terpencil termotivasi semangat anak-anak Belitong di film ini. Semoga film ini dapat mengikuti kesuksesan film Ayat Ayat Cinta.